Saudaraku, salah satu
variable penting yang
dapat menghidupkan
sebuah kota adalah
Warga Kota-nya, tanpa
kehadiran warga kota
yang membentuk
ikatan-ikatan
didalamnya maka
dapat dipastikan
bahwa kota tersebut
adalah kota mati.
Berikut adalah ulasan
tentang Kota dan
Warga Kota. Cekidot
bro…
Sjoberg dalam ”The
Preindustrial City”
mengungkapkan
bahwa kota adalah
suatu masyarakat,
dengan ukuran &
kepadatan orang
tertentu, yang
merupakan tempat
bermukim dari
bermacam-macam
orang yaitu orang yang
bukan petani,
termasuk di dalamnya
adalah kaum elite.
Sjoberg juga
menyatakan, Lahirnya
kota diawali dengan
adanya golongan-
golongan penghuninya
yang memiliki keahlian
dan spesialisasi
tertentu dan
menduduki posisi-
posisi penting
ditengah-tengah
masyarakat.
Menurut Lewis
Mumford dalam City in
History, berdasarkan
konsep sosiologi, kota
adalah suatu
kumpulan & kelompok
utama (keluarga &
masyarakat dalam
suatu lingkungan) dan
kelompok masyarakat
yang memiliki tujuan
yang sama.
Sedangkan Doxiadis
(1971) menyatakan
bahwa ’human
settlement’ terdiri dari
dua elemen yaitu
’content’ atau isi,
terdiri dari man and
society yaitu manusia
baik secara sendiri-
sendiri maupun dalam
suatu kelompok
masyarakat, dan
’container’ atau
wadah, yang terdiri
dari natures, shells,
and network yaitu
permukiman fisik yang
berisi unsur-unsur
alami maupun buatan.
Dalam pembahasan
mengenai kota dan
kehidupan warganya
elemen ’content’ yang
terdiri dari ’man and
society’ yang telah
disebutkan oleh
Doxiadis tadi
merupakan aspek
terpenting dalam
pembahasan ini.
Kehidupan pada
sebuah kota memang
memiliki daya tarik
tersendiri, maka
tidaklah heran jika
begitu banyak orang-
orang yang berusaha
semaksimal mungkin
untuk merasakan
kehidupan kota.
Maraknya arus migrasi
dari desa ke kota
berdampak pada
meningkatnya jumlah
kepadatan penduduk,
kondisi ini selain dapat
mempengaruhi pola
pemanfaatan ruang
kota untuk
permukiman, juga
mempengaruhi pola
kehidupan penghuni
kota.
Jakarta dan Warga
Kota-nya
Kehidupan dinamis
dan kegiatan
antartindak baik
sosial, politik dan
budaya yang terjadi di
perkotaan terutama
kota Jakarta dapat
mempengaruhi pola
kehidupan dan
karakter penghuni
kotanya. Kondisi
tersebut memunculkan
kelompok-kelompok
ditengah masyarakat
dengan latar belakang
berbagai jenis profesi,
sesuai dengan status
sosial warga kota
tersebut. Banyaknya
profesi yang terdapat
di kota Jakarta dapat
kita temui dengan
mudah, diantaranya
adalah : arsitek,
pengusaha, pedagang,
polisi, tentara,
wartawan, pegawai
negeri sipil, karyawan
swasta, dokter,
pengacara, bangkir,
pekerja seni, artis,
broker, guru, pekerja
sosial, sopir, tukang
ojeg dan yang lainnya.
Banyaknya warga kota
dengan berbagai latar
belakang profesi tadi
juga mempengaruhi
kemunculan berbagai
jenis kelompok profesi
ditengah-tengah
masyarakat,
diantaranya: Ikatan
Arsitek Indonesia (IAI),
kelompok pekerja seni
seperti PARFI
(Persatuan Artis Film
Indonesia), kelompok
LSM seperti RSA (Road
Safety Association),
WALHI, UPC, kelompok
buruh seperti SBI
(Solidaritas Buruh
Indonesia), kelompok
pengusaha seperti
KADIN (Kamar Dagang
Indonesia), ikatan
dokter seperti IDI
(Ikatan Dokter
Indonesia), kelompok
penasehat hukum
seperti LBHI, YLBHI,
kelompok guru seperti
PGRI (Persatuan Guru
Republik Indonesia),
kelompok pemuka
agama baik Islam,
Katolik, Kristen
Protestan, Budha dan
Hindu, paguyuban
ojeg, kelompok
preman, dan lain-lain.
Terbentuknya
kelompok-kelompok
profesi di kota Jakarta
tersebut sesuai dengan
pernyataan Sjoberg
dalam ”The
Preindustrial City”
yang mengungkapkan
bahwa tumbuhnya
kota diawali dengan
adanya golongan-
golongan penghuninya
yang memiliki keahlian
dan spesialisasi
tertentu dan
menduduki posisi-
posisi penting
ditengah-tengah
masyarakat. Namun
teori Sjoberg tidak
sepenuhnya tepat jika
diterapkan pada kota
Jakarta. Saya
berpendapat bahwa
kemunculan berbagai
jenis profesi dan
kelompok-kelompok
dengan latar belakang
profesi tadi salah
satunya disebabkan
karena desakan
pertumbuhan kota
Jakarta yang besar
sehingga
memunculkan
berbagai macam
potensi ekonomi dan
bisnis, kondisi ini
disikapi oleh warga
kota Jakarta sebagai
salah satu peluang
usaha yang pada
akhirnya memicu
munculnya berbagai
jenis profesi tersebut.
Kondisi warga kota
Jakarta yang
cenderung membuat
kelompok-kelompok
berdasarkan latar
belakang profesi ini
dapat kita dipahami,
karena kecenderungan
manusia dalam pola
kehidupan sosialnya
baik disengaja
ataupun tidak akan
ber-antartindak
dengan manusia
lainnya, hal ini dapat
memunculkan ikatan
emosional, kesamaan
persepsi, kesamaan
hobi & profesi yang
pada akhirnya timbul
keinginan bersama
untuk menyatukan diri
dalam sebuah
organisasi ataupun
komunitas tertentu
berdasarkan alasan-
alasan tadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar